Sop Buah Pembawa Berkah
Pagi
itu, aku berjalan menuju kampus yang jaraknya kurang lebih 10 meter dari tempat
kosku. Setiap pagi aku merasa bersemangat untuk mengikuti mata kuliah di
Fakultas Ekoomi Universitas Diponegoro, sebelumnya perkenalkan nama saya Hadi
Prasetya, mahasiswa jurusan ekonomi angkatan 2012. Sekarang aku sudah mulai
menggarap skripsi, semoga aku cepat lulus degan nilai baik. Ketika aku memasuki
ruang dosen untuk mengikuti bimbingan, aku melewati sebuah ruangan. Ruangan itu
mengingatkaan tetang sebuah peristiwa peting di dalam hidupku. Di sana aku
pernah mengikuti sebuah seminar kewirausahaan. Sebuah penyampaian ilmu-ilmu
yang akhirnya menginspirasiku untuk berwirausaha. Singkat cerita, setelah
mengikuti seminar kewirausahaa tersebut, aku mulai bersemangat untuk membangun
sebuah usaha. Usaha kecil-kecilan yang menurutku kelak akan menjanjikan. Aku benar-benar
memikirkannya sampai aku tidak bisa tidur malam harinya. Setelah aku browsing ke
sana ke mari akhirnya aku mendapatkan ide untuk membuka kedai es buah segar. Kenapa
aku berfikir begitu, aku melihat peluag usaha berjualan es sangatlah
menjanjikan, melihat cuaca di Semarang yang cenderung panas.apalagi dengan
aneka buah yang segar tentunya akan menarik konsumen. Dengan niat dan modal yang cukup aku membuka
kedai yang aku beri nama “Kedai FreshFruit” dan mulai berjualan untuk hari
pertama. Ternyata menjualkan barang tidak semudah yang aku bayangkan, akhirya
soup buah yag aku jual masih sisa cukup banyak. Seminggu bejalan masih tidak
ada perubahan, alih-alih balik modal, justru aku mendapatkan kerugian. Aku mulai
memutar otak, bagaimana caranya agar daganganku laku dan dapat di kenal
masyarakat. Akhirnya aku mulai mempromosikan melalui media onlie, seperti
facebook dan twitter. Aku juga megikuti bazar pada event-event di Semarang.
semula aku mulai pesimis dengan usahaku ini, namun degan tekat dan kemauan yang
kuat, penjualan sop buah di kedaiku mulai menunjukkan hasil yang lumayan baik. Atas
dukungan dari kelurga dan teman-teman, akhirnya setelah setahun berjalan,
usahaku mulai dikenal masyarakat Searang. Bahkan aku sudah memiliki dua kedai
untuk berjualan. Tidak hanya itu, aku mulai diperkenalkan degan dunia-dunia
bisnis yang baru, aku juga diajak untuk mengisi seminar-seminar kewirausahaan
yang diadakan oleh universitas-universitas di Semarang. melihat hal tersebut
aku sangat bahagia, namun di satu sisi kuliahku mulai keteteran. Hal tersebut
dikareakan, aku terlalu focus untuk mengembangkan usahaku. Tiga tahun berjalan,
usahaku semakin sukses menjaring konsumen, aku juga mulai membuka cabang lain
tidak hanyak di Semarang. Aku juga mereqrut banyak karyawan untuk membantu
menjalankan bisnisku. Saking banyaknya cabang kedai yang harus aku kotrol, aku
harus bolak-balik Semarang-Jakarta. Sampai terdengar kabar buruk, aku kecolongan.
Ya, salah satu kariyawanku melakukan korupsi, memang tidak banyak, namun hal
tersebut sangat mengejutkanku. Aku khawatir jika hal tersebut dilakukan di
cabang kedai yang lainya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, aku mulai memutar
otak, aku memutuskan untuk memasang cctv, agar aktivitas yang teradi dapat aku
pantau dengan baik. Belum selesai masalah yang satum datang masalah yang
lainnya. Kali ini, datang kabar buruk dari keluargaku yang mengabarkan bahwa
Ibu mengalami sakit yang cukup parah dan harus di operasi. Buatku berapapun
biaya yang akan dikeluarkan tidak masalah, asalkan Ibuku dapat tertolong. Aku sangat
lega mendengar operasi Ibu berjalan lancar. 8 hari setelah ibu pulang dari
Rumah Sakit, muncul maslah baru, aku ditelpon pemilik kedai untuk membayar sewa
tempat yang belum aku perpanjang, maklum uang yang seharusnya digunakan untuk
membayar sewa harus aku bayarkan untuk operasi Ibu. Dengan berat hati aku harus
merelakan salah satu kios di Semarang untuk di tutup. Entah kenapa, kejadian-kejadian
tersebut membuat aku down, rasanya bisnisku akan mengalami kebangkrutan. Benar saja,
dalam satu tahun belakangan, pengunjung kedai soup buahku mulai berkurang,
pemasukanpun mengalami penurunan yang berimbas pada pengurangan jumlah pegawai.
Dengan berat hati, aku memberhentikan beberapa pegawai yang sebenarnya aku
tidak tega melakukannya. Aku juga harus bolak- balik Jakarta-Semarang untuk
merawat ibuku yang penyakitnya masih sering kambuh. Hal tersebut juga menambah
pusing kepalaku, belum lagi pertayaan-pertanyaan yang muncul kapan lulus, yang
sering ditanyakan oleh keluargaku. Mendegar ceritaku, Ibu sedih, menangis,
merasa bersalah namun aku tegaskan itu semua bukan kesalahan Ibu. Ibu memotivasiku
untuk bangkit dari keterpurukan dan terus melanjutkan usahaku. Aku mulai
merintis kembali usaha sop buahku dengan sisa-sisa harapan agar usahaku kembali
seperti dahulu. Dengan kerja keras dan semangat serta doa orang tua, akhirnya
usahaku dapat kembali stabil. Satu impianku pun terwujud, untuk memberangkatkan
haji kedua orang tua. Sungguh, hal tersebut adalah sebuah bayaran yang setimpal
atas kerja keras dan pegorbanan yang aku lakukan, aku sangat bersyukur atas hal
tersebut. Di sisi lain aku harus meneruskan skripsiku yang sempat keteteran. Akhirya
aku mulai bersemangat kembali untuk melajutkan skripsi yang sempat tertunda. Aku
membuat penelitian tentang usahaku sendiri. Hal tersebut memang sangat
membantuku,ternyata selain membawa keuntungan finansial, usahaku juga dapat
membantuku menyelesaikan skripsi sebagai bahan penelitiannya. Aku belajar dari
setiap permasalahan yang dihadirkan dalam hidupku untuk mencapai sebuah
kesuksesan. Terbukti, dengan semangat, kerja keras, doa, dan dukungan dari
orang-orang terdekat adalalah kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan
segalanya. Tetapi ingat, sesibuk apapun kamu menggeluti dunia bisnis, jagan
lupa untuk meraih gelar sarjana, kalau tidak mau seperti aku. Yang sampai
sekarang masih menyelesaikan skripsi dan memperjuangkan kelulusanku.